Sabtu, 22 Mei 2010

gunung berapi




Gunung berapi bermula ketika suhu tinggi di dalam bumi menciptakan lelehan kental batuan pijar yang disebut magma. Secara umum, magma mengandung gas-gas terlarut (seperti air (H2O), karbon dioksida (CO2), dan sulfur dioksida (SO2) yang beraroma seperti telur busuk) dan mineral-mineral yang mencair atau mengkristal. Saat terbentuk, magma cenderung menjadi kurang padat dibandingkan bebatuan di sekitarnya, jadi daya apung dapat membawanya ke atas. Dengan demikian, magma naik ke atas, mendorong atau menghancurkan jalannya melewati retakan dan patahan di selubung (mantel) dan kerk bumi, dan kadng-kadang magma berkumpul di daerah yang luas dan terbuka (dapur). Saat magma terus mendekat permukaan, teknan disekitarnya menurun, gas dalam magma mulai menyebabkan gelembung pada larutan. Karena banyak gas yang tidak larut dalam magma, gas-gas tersebut mulai menggelembung bahkan di tempat yang relatif dalam. Ketika gas dikeluarkan dari magma, gas bergerak naik lebih cepat daripada lelehan lelehan batuan dibawahnya. Jika terdapat sebuah lubang atau patahan di permukaan, gas maupun magma akan meletus. Jika magma meletus di atas permukaan bumi disebut lava. Tetapi,  jika ada sumbatan batuan terdapat di puncak gunung berapi, gas atau magma akan terkumpul di bawah permukaan. Tonjolan yang membesar atau kubah pda gunung berapi mungkin menjadi petunjuk bahwa magma, gas dan energi terus terbentuk dibawahnya. Jika penyumbat diatasnya tiba-tiba hancur, mungkin karena gempa bumi atau tanah longsor, letusan dashyat terjadi. Sifat dan ukuran ledakan tergantung pada jumlah gas, magma dan tekanan yang dilepaskan, serta komposisi kimia magma.

            Gempa bumi dan letusan gunung berapi biasanya terjadi beriringan. Letusan gunung berapi dapat memicu gempa bumi dan sebaliknya. Magma yang naik dari bawah gunung berapi sering harus menghancurka jalurnya saat melewati lapisan batuan, sehingga menciptakan gempa bumi. Gempa bumi ini dapat terjadi bulanan, mingguan atau dalam hitungan hari sebelumnya. Rangkaian gempa bumi hampir selalu mendahului atau menyertai letusan vulkanis. Beberapa rangkaian gempa terdiri atas beberapa gempa kecil yang biasanya tidak lama dan getarannya berirama, fenomena ini disebut gempa bumi vulkanis. Gempa vulkanis yang lama dan berirama dianggap akibat dari pergerakan cairan atau gas yang bergerak melalui retakan dibawah permukaan.

            Selam letusan gunung berapi dapat melepaskan berjuta-juta ton sulfur dioksida, yang mempengaruhi iklim dan mengakibatkan masalah lingkungan yang cukup serius. Tinggi di atmosfer, sulfur dioksida berubah menjadi partikel-partikel kecil asam sulfat. Partikel-partikel ini memantulkan atu menyerap energi matahari dan jika jumlahnya banyak, dapat menyebabkan pendinginan iklim bumi. Ketika sulfur dioksida di atmosfer bergabung dengan uap air, terjadilah hujan asam. Hujan asam disebabkan oleh proses vulkanis yang dapat merusak tumbuh-tumbuhan dan tanaman pagar.
           
            Setiap gunung berapi mempunyai sifat unik dan harus dipelajari secara terpisah untuk menentukan jenis aktivitas letusannya dan untuk menentukan seberapa sering letusan dapat terjadi.
           
Biasanya sebelum terjadi letusan gunung berapi yang dashyat daerah sekitarnya akan ditemukan pohon sekarat atau mati karena karbon dioksida merembes ke atas melewati tanah dan menumpuk di tanah. Hingga akhirnya membunuh pohon-pohon tersebut.

gempa bumi


Gempa Bumi adalah getaran seismik disebabkan oleh pecahnya atau bergesernya bebatuan di suatu tempat di dalam kerak bumi. Gelombang seismik dideteksi dengan alat yang disebut seismometer dan dicatat dengan seismograf. Seismograf di operasikan dari stasiun gempa dan catatan yang dibuat disebut seismogram.
            Pergerakan gempa bumi membutuhkan waktu untuk merambat di permukaan bumi. Gempa bumi menghasilkan getaran atau gelombang seismik yang merambat melewati kerak, seperti gelombang-gelombang air di kolam yang memancar keluar yang ditimbulkan oleh sebuah batu yang dilempar. Gempa bumi juga menghasilkan gelombang lain yang berjalan lebih lambat, secara kolektif ini disebut gelombang permukaan karena selalu bergerak di permukaan dan tidak pernah bergerak ke dalam bumi seperti  gelombang P (primer) dan gelombang S (sekunder). Gelombang P dan gelombang S disebut juga sebagai gelombang tubuh.
            Banyak gempa bumi didunia terjadi pada sebuah daerah yang melengkung mengitari Samudera Pasifik yang terkenal dengan nama Ring of Fire (Cincin Api).


Mengapa gempa bumi bisa terjadi ???
            Sebagian besar gempa bumi terjadi karena adanya tabrakan dan tumbukan antar lempeng tektonik di sepanjang perbatasannya. Aktivitas gunung berapi juga dapat menyebabkan gempa bumi. Mekanika tentang bagaimana gempa bumi dapat terjadi telah diperkirakan lama sebelum berkembangannya teori lempeng tektonik.
            Namun, pemahaman ini tidak seutuhnya benar karena gempa bumi juga bisa terjadi akibat bentuk kerak bumi yang melengkung tanpa ada pergeseran sesar di daerah gempa. Kemudian barulah terjadi proses deformasi (perubahan bentuk), hingga tercapai titik patahan. Secara tiba-tiba titik patahan tersebut kembali ke posisi semula dan menimbulkan gelombang getaran tanah yang kuat (gempa bumi). Kronologis ini telah nyata terjadi, yakni gempa di San Fransisco pada 1906.


            Dengan begini kita mengetahui penyebab gempa bumi ada beberapa faktor, yaitu :
a. Faktor Alam
1. Lapisan kerak bumi mengalami deformasi, muncul titik patahan dan secara elastis memantulkan tanah ke posisi semula dan terjadilah gempa.

2. Lempeng tektonik bergerak lambat tapi pasti, tetapi lempeng tersebut tidak bergeser secara lancar di sepanjang perbatasannya, karena satu atau beberapa sesar macet, atau terkunci karena gesekan. Sebagai akibatnya, kerak-kerak bumi disekitarnya akan berbelok atau berubah bentuk. Di beberapa tempat, rengangan lempeng menjadi begitu besar, terjadi gesekan berlebihan dan sebuah sesar patah (pantulan elastis). Peristiwa ini hampir sama seperti merengangkan pita karet, semakin jauh tertarik semakin rapat jadinya, sampai akhirnya kembali lagi atau putus.

3. Sebuah gempa bumi juga terjadi ketika kerak-kerak kembali lagi dan energi yang tertumpuk dan tersimpan di dalamnya dilepaskan dalam bentuk getaran-getaran yang terjadi di tanah.

b. Faktor Ulah Manusia


           

Pertanda Gempa
            Sebelum terjadi gempa biasanya beberapa jam sebelumnya, terjadi perubahan ketingian aliran sumur atau sumber mata air.  Air tanah juga berubah suhu, menjadi keruh dan rasanya menjadi tidak enak. Kadang-kadang juga ada fenomena elektrostatik seperti cahaya gempa dan perubahan pada medan magnet lokal. Beberapa masyarakat juga mengangap prilaku aneh hewan-hewan berkaitan dengan akan terjadinya sebuah gempa.

Mengurangi RESIKO gempa
        Kekuatan gempa bumi tergantung pada jumlah energi rengangan yang dilepaskan, yang merupakan sebuah fungsi dari besarnya pecahan sesar dan pembelokan yang dihasilkan.
            Walau begitu akibat gempa yang sering kita jumpai ialah kerusakan pada bangunan-bangunan baik menyebabkan keruntuhan maupun retakan-retakan. Untuk itu struktur bangunan didaerah sekitar gempa perlu di bangun diatas batuan keras sehingga memungkinkan kerusakan yang dialami lebih kecil.  Rumah yang terbuat dari kayu yang berbobot ringan dan kuat pun memiliki struktur yang jika dihubungkan dengan fondasinya, kebanyakan rumah kayu ini dapat bertahan terhadap gempa bumi.
            Penelitian ... juga membahas bahan yang bisa menjadi fondasi kuat. Yakni, beton yang terbuat dari bahan utama beton ditambah serabut kelapa yang menghasilkan ketahanan 3 kali lipat dari beton biasa. Kalau cara ini di terapkan mungkin saja, mengurangi resiko kerusakan dan korban yang tertimpa runtuhan bangunan.

My friends "memories in Bali"

listen music