Gunung berapi bermula ketika suhu tinggi di dalam bumi menciptakan lelehan kental batuan pijar yang disebut magma. Secara umum, magma mengandung gas-gas terlarut (seperti air (H2O), karbon dioksida (CO2), dan sulfur dioksida (SO2) yang beraroma seperti telur busuk) dan mineral-mineral yang mencair atau mengkristal. Saat terbentuk, magma cenderung menjadi kurang padat dibandingkan bebatuan di sekitarnya, jadi daya apung dapat membawanya ke atas. Dengan demikian, magma naik ke atas, mendorong atau menghancurkan jalannya melewati retakan dan patahan di selubung (mantel) dan kerk bumi, dan kadng-kadang magma berkumpul di daerah yang luas dan terbuka (dapur). Saat magma terus mendekat permukaan, teknan disekitarnya menurun, gas dalam magma mulai menyebabkan gelembung pada larutan. Karena banyak gas yang tidak larut dalam magma, gas-gas tersebut mulai menggelembung bahkan di tempat yang relatif dalam. Ketika gas dikeluarkan dari magma, gas bergerak naik lebih cepat daripada lelehan lelehan batuan dibawahnya. Jika terdapat sebuah lubang atau patahan di permukaan, gas maupun magma akan meletus. Jika magma meletus di atas permukaan bumi disebut lava. Tetapi, jika ada sumbatan batuan terdapat di puncak gunung berapi, gas atau magma akan terkumpul di bawah permukaan. Tonjolan yang membesar atau kubah pda gunung berapi mungkin menjadi petunjuk bahwa magma, gas dan energi terus terbentuk dibawahnya. Jika penyumbat diatasnya tiba-tiba hancur, mungkin karena gempa bumi atau tanah longsor, letusan dashyat terjadi. Sifat dan ukuran ledakan tergantung pada jumlah gas, magma dan tekanan yang dilepaskan, serta komposisi kimia magma.
Gempa bumi dan letusan gunung berapi biasanya terjadi beriringan. Letusan gunung berapi dapat memicu gempa bumi dan sebaliknya. Magma yang naik dari bawah gunung berapi sering harus menghancurka jalurnya saat melewati lapisan batuan, sehingga menciptakan gempa bumi. Gempa bumi ini dapat terjadi bulanan, mingguan atau dalam hitungan hari sebelumnya. Rangkaian gempa bumi hampir selalu mendahului atau menyertai letusan vulkanis. Beberapa rangkaian gempa terdiri atas beberapa gempa kecil yang biasanya tidak lama dan getarannya berirama, fenomena ini disebut gempa bumi vulkanis. Gempa vulkanis yang lama dan berirama dianggap akibat dari pergerakan cairan atau gas yang bergerak melalui retakan dibawah permukaan.
Selam letusan gunung berapi dapat melepaskan berjuta-juta ton sulfur dioksida, yang mempengaruhi iklim dan mengakibatkan masalah lingkungan yang cukup serius. Tinggi di atmosfer, sulfur dioksida berubah menjadi partikel-partikel kecil asam sulfat. Partikel-partikel ini memantulkan atu menyerap energi matahari dan jika jumlahnya banyak, dapat menyebabkan pendinginan iklim bumi. Ketika sulfur dioksida di atmosfer bergabung dengan uap air, terjadilah hujan asam. Hujan asam disebabkan oleh proses vulkanis yang dapat merusak tumbuh-tumbuhan dan tanaman pagar.
Setiap gunung berapi mempunyai sifat unik dan harus dipelajari secara terpisah untuk menentukan jenis aktivitas letusannya dan untuk menentukan seberapa sering letusan dapat terjadi.
Biasanya sebelum terjadi letusan gunung berapi yang dashyat daerah sekitarnya akan ditemukan pohon sekarat atau mati karena karbon dioksida merembes ke atas melewati tanah dan menumpuk di tanah. Hingga akhirnya membunuh pohon-pohon tersebut.